Beranda | Artikel
Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah
Jumat, 19 Februari 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 7 Rajab 1442 H / 19 Februari 2021 M.

Kajian Tentang Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah

Sifat Tsubutiyah adalah sifat yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an dan juga yang ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam hadits-hadits beliau yang shahih. Semua sifat yang ditetapkan ini adalah sifat yang Maha Sempurna, tidak terdapat sedikitpun di dalam sifat tersebut makna yang negatif/kejelekan/kekurangan/kecacatan.

Contohnya adalah seperti sifat Al-Hayat (kehidupan) yang terkandung dalam nama Allah Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), Al-‘Ilmu adalah sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terkandung dalam nama Allah Al-‘Alim (Yang Maha Berilmu), sifat Al-Qudrah (Yang Maha Kuat) yang terkandung dalam nama Allah Al-Muqtadir, sifat Allah Al-Istiwa’ (tinggi di atas Arsy) yang terkandung dalam perbuatan Allah Istawa’ yang disebutkan dalam tujuh ayat dalam Al-Qur’anul Karim.

Kemudian juga sifat An-Nuzul yang terkandung dalam perbuatan Allah An-Nuzul sebagaimana dalam hadits yang mutawatir bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala turun ke langit bumi di sepertiga malam terakhir.

ينزل رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita Tabaaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang memohon kepadaKu, akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku perkenankan, siapa yang memohon ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni dosanya.”

Dalam hal ini tentunya sebagaimana sering kita sampaikan bahwa kita harus membersihkan akal pikiran dan pemahaman kita dari at-tasybih. Bahwa turunnya Allah sesuai dengan kebesaran, keagungan dan kemuliaanNya, tidak bisa dianalogikan dengan turunnya manusia. Karena kita berbicara tentang Allah dan tidak bisa menggunakan rumus dan teori yang digunakan untuk berbicara tentang makhluk. Kecuali dalam kondisi “analogi yang lebih utama” dengan artian bahwa jika suatu sifat yang sempurna dimiliki oleh hamba sementara sifat yang sempurna -kendati juga relatif di antara mereka- maka tentu Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih utama memiliki sifat tersebut, karena Dia yang mengkaruniakan sifat tersebut.

Contoh Al-Ilmu, Allah karuniakan kepada hambaNya ilmu, maka tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang jahil, orang yang melihat dengan yang tidak melihat, orang yang mendengar dengan yang tidak mendengar. Maka pendengaran, penglihatan, ilmu, ini adalah sifat yang mulia/sempurna. Jika halnya demikian, maka tentu sang pemberi nikmat dan karunia tersebut (yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala) lebih utama memiliki kesempurnaan tersebut. Ini disebut analogi yang lebih utama (Arab: قياس الأولى).

Di antara sifat yang Allah tetapkan Allah memiliki wajah.

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ

Dan kekallah wajah Rabbmu.” (QS. Ar-Rahman[55]: 27)

Wajah bukan Dzat, tapi wajah tersebut ada pada Dzat.

Semua sifat yang Allah tetapkan dan juga yang ditetapkan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bagi diri Allah adalah sifat sempurna, maka dinamakan dengan sifat Tsubutiyah.

Secara tinjauan akal yang masih sehat, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan tentang diriNya. Timbul pertanyaan, siapakah yang lebih mengetahui tentang diri Allah daripada Allah? Maka jawaban yang benar dan tidak ada lagi jawaban selain itu, bahwa Allah yang lebih mengetahui tentang diriNya.

Pertanyaan kedua, siapakah yang lebih benar perkataannya? Tentu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?” (QS. An-Nisa[4]: 87)

Pertanyaan ketiga, siapakah yang lebih baik perkataannya? Maka tiada yang lebih baik daripada perkataan Allah.

خَيْرُ الْكَلَامِ كَلَامُ اللَّهِ

“Sebaik-baik perkataan adalah perkataan Allah.”

Bila ketiga pertanyana tersebut telah kita pahami, Allah yang lebih mengetahui tentang diriNya, perkataan Allah yang benar dan yang terbaik. Jika halnya demikian, apakah pantas bagi kita untuk menolak apa yang dikabarkan oleh Allah? Tentu jawabannya tidak pantas bahkan haram bagi kita untuk menolak apa yang dikabarkan oleh Allah. Akal yang sehat akan sesuai yang diperintahkan Al-Qur’an.

Oleh karena itu wajib bagi untuk menetapkan semua yang dikabarkan oleh Allah tentang diriNya. Karena berita tersebut berdasarkan ilmu, jujur, dan merupakan berita yang terbaik.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Penjelasan Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49841-sifat-tsubutiyah-dan-sifat-salbiyah/